RSS

KATAKU

1. We need to do and talk wisely, not only talk wisely because its no use.

2. A planing don not only to be a plan that wasted.

3. Kita Butuh disukai dan dicintai bukan karena apa yang kita lakukan, tetapi karena mereka mengenal kita lebih.

4. Peraturan dibuat bukan untuk di langgar, tetapi untuk dipaksakan dan disesuaikan dengan suatu keadaan disuatu keadaan.

5. Kesalahan terbesar kita adalah kita tidak mau menghargai diri kita sendiri.

6. Ada kalanya kau memandang puncak langit dan ada kalanya kau liat ke dasar laut terdalam, dimana akan membuat kau semakin bijak.

7. Apa yang kau kerjakan hari ini dan masa lalu adalah cerminan masa depanmu kelak.

8. Setiap orang memiliki perbedaan masing masing yang khas, jadi jangan paksakan apa yang kau ingin berikan pada mereka dengan cara dari dirimu.

9. Kau dapat melihat segalanya dari bawah, bila kau mengatakan kau bisa melihat segalanya dari atas, itu adalah sebuah kebohonganmu belaka.

10. Tujuan hidup kita bukan hanya pada diri kita sendiri, tetapi juga orang lain.

11. Kau punya 999.999 mimpi yang terkabul dari sejuta mimpimu yang ingin terkabul semua, aku hanya ingin 1 mimpiku terkabul dari sejuta mimpiku yang aku berikan padamu.

12. Make your own word,own character,and own choice,and dont adopt from others. Then, you can make your own world with you inside.


Candi Jabung


CANDI JABUNG
Terletak pada lokasi 
7d 4 ' 07,07" Selatan 113d 28'18,25" Timur


Candi jabung merupakan salah satu peninggalan sejarah berharga di Probolinggo. Candi jabung ini terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berada di tengah perkampungan yang terletak  sekitar 500 m dari Jalan    raya Probolinggo – Situbondo dan sekitar 25 km dari pusat kota. Candi jabung sekarang ini dengan mudah dicapai dari Jalan raya yang menghubungkan Probolinggo dan Situbondo ( yang kebetulan juga bekas jalan pos Anyer -Panarukan yang dibuat atas perintah Daendles), pada Km. 20 dari Probolinggo tepat
sebelum melintasi jembatan kali Jabung ada papan penunjuk keberadaan candi tersebut dan anda dipersilahkan belok ke kanan meniti jalan kecil namun bisa dilalui dengan mobil, kira kira 2 km anda akan segera melihat Candi Jabung. Sebuah candi dengan segala keindahannya berkat pembangunannya yang dilakukan dengan penuh dedikasi. 

SEJARAH


Kitab Nagarakrtagama menyebut candi ini sebagai Candi Kalayu, khususnya pada bagian yang memaparkan rangkaian perjalanan raja Hayam Wuruk (Rajasanagara) ke daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dimulai pada tahun ketiga masa pemerintahannya (1275 Caka/1353 Masehi).
Perjalanan raja Hayam Wuruk ini disertai oleh seluruh keluarga raja (Bhatara Sapta Prabhu), para menteri, pemimpin agama dan wakil golongan masyarakat bertujuan terutama untuk menghayati keadaan masyarakat yang dipimpinnya. Ada pula yang mengatakan bahwa perjalanan Hayam Wuruk itu merupakan salah satu dharma yang harus dijalaninya yakni untuk penyatuan dan kesatuan wilayah kerajaannya.
Rangkaian perjalanan raja Hayam Wuruk meliputi beberapa tempat di daerah kekuasaannya, seperti Lasem (tahun 1354 M), Lodaya (1357 M), Palah (1361 M), Liwang, Blitar, Jime dan Simping.
Dalam perjalanan itu, Hayam Wuruk juga sempat mengerahkan rakyat untuk memperbaiki beberapa tempat penyeberangan di Bengawan Solo dan Kali Brantas, memperbaiki bendungan Kali Konto, memperbaiki Candi Sumberjati dan sekaligus nyekar atau ziarah ke makam kakeknya (Raden Wijaya), memugar Candi Jabung (1353 M), memperindah candi pemujaan Tribhuwanattunggadewi di Panggih, menambah candi Prwara di Palah (Panataran-Blitar, 1369 M) serta mendirikan sebuah pendapa untuk kepentingan persajian (1375 M), menyelesaikan dua buah candi di Kediri (Candi Surawana dan candi Tigawangi), dan akhirnya pada tahun 1371 mendirikan Candi Padi di dekat Porong-Jawa Timur, yang bentuknya menyerupai percandian di Champa.
Setelah memugarnya di tahun 1353, candi jabung yang menurut keagamaan Budha dalam kitab Nagara Kertagama, sebut jga dengan nama BAJRAJINAPARAMITAPURA di kunjungi lagi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi dan pada kitab Pararaton disebut candi ini disebut sebagai Sajabung tempat pemakaman dan tempat pemujaan bagi tokoh wanita keluarga Hayam Wuruk, bernama Brha Gundal. Dalam catatan sejarah, Hayam Wuruk adalah raja pertama Nusantara, yang melakukan perjalanan ke berbagai bangunan/monumen arkeologis dan melaksanakan pemugaran-pemugaran pertama di berbagai candi.
Setelah dipugar oleh Raja Hayam Wuruk pada 1353 Masehi, Candi Jabung seakan terlupakan untuk lebih dari 500 tahun. Candi yang secara tipologis memiliki kesamaan bentuk dengan Candi Muara Takus (Riau) dan Biaro Bahal (Padang Sidempuan) tersebut baru dipugar kembali pada tahun 1983 oleh pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus dijadikan sebagai benda cagar budaya.


SITUASI FISIK



Candi Jabung berdiri di sebidang tanah berukuran 35 meter x 40 meter. Pemugaran secara fisik pada tahun 1983-1987, penataan lingkungan luasnya bertambah 20,042 meter persegi dan terletak pada ketinggian 8 meter di atas permukaan air laut. Candi ini dibangun dengan batu bata bukan batu gunung. Di kompleks situs ini di sebelah barat Daya candi terdapat juga satu candi pelengkap yang biasa disebut sebagai candi Menara Sudut. Pada sisi dinding timur dan utara terdapat bekas susunan tembok membujur ke timur dan ke utara, sedangkan di sisi barat dan selatan tidak terdapat tanda-tanda bekas tembok (polos, asli). Dengan data tersebut kemungkinan dahulu dikelilingi oleh pagar tembok dan candi menara sudut tersebut merupakan bangunan sudut pagar. Candi Menara Sudut terbuat dari batu merah sejenis dengan bahan yang dipakai pada Candi Induk.

ARSITEKTUR


a.      A. Bentuk dasar arsitektur
Sebagaimana umumnya bangunan candi secara garis besar candi Jabung terdiri dari:
1.bagian subbasement
2.bagian kaki candi
3. tubuh candi
4. atap candi.
Candi Jabung yang menghadap ke Barat bagian depannya terdapat susunan tangga naik memasuki Candi. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah berkualitas tinggi yang dibeberapa tempat di ukir relief dan struktur bata ini ternyata mampu bertahan ratusan tahun.
B. Pondasi


Pada dasarnya bentuk fondasi candi berbentuk segi empat, hanya di bagian barat atau sisi depan terdapat bagian yang menjorok ke luar sebagian fondasi atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik.

C. Ukuran
Dihitung secara keseluruhan Candi Jabung berukuran panjang 13,13 meter, lebar 9,60 meter dan tinggi 16,20 meter.
Keadaan sebelum dipugar di sisi sebelah timur atau belakang terdapat lubang akibat tangan jahil manusia untuk mencari harta karun yang diperkirakan disimpan di bagian tengah bawah candi. Dari lubang tersebut kita dapat mengetahui bahwa di bagian bawah tengah ( kaki) Candi Jabung terdapat sebuah bilik tanpa pintu berbentuk segi empat dengan ukuran 130 x 130 cm. Lubang sisi timur itu telah ditutup kembali sesuai dengan keadaan semula pada saat pemugaran. Sementara candi Menara Sudutnya berukuran 2,55 mx 2,55m dengan tinggi 6 meter.

D. Ukiran / relief
Badan candi berbentuk bulat tabung (silender). Pada ambang relung-relung candi terdapat hiasan kepala kala motif Jawa Timur, serta sebuah relief rosetta dengan angka tahun 1276 Caka (1354 M). Dalam bilik candi masih terdapat lapik arca, sedangkan pada atap candi bersifat Buddhistik dengan bentuk pagoda (stupa) dan berhias sulur-suluran.


Dalam bilik candi terdapat lapik arca, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit. Angka tahun 1276 Caka/1354 Masehi, boleh jadi bukanlah angka tahun pembangunan candi karena, baik menurut kitab Nagarakrtagama maupun Pararaton, angka tersebut menunjuk pada pertanggalan perjalanan Hayam Wuruk ke candi tersebut dalam rangkaian perjalannnya yang termasuk memperbaiki/memugar candi pemujaan untuk Raden Wijaya.


E. Bagian Batur Candi
Batur candi berukuran panjang 13,11 meter, lebar 9,58 meter diatas batur terdapat selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
Pada relief tersebut menggambarkan kehidupan sehari-hari, antara lain :

1)     Seorang pertapa memakai surban berhadapan dengan muridnya,


2)    Dua orang lelaki yang sedang berada dekat sumur , salah seorang sedang memegang tali rimba,

3)     Diantara panil-panil tersebut terdapat bidang panil yang berbentuk bulan menonjol semacam medalion.

4)     Terdapat pula relief / pahatan singa yang sedang berhadapan muka dengan singa yang lain dan ekornya masing-masing melengkung keatas menyerupai sulur daun. Disamping saling berhadapan singa tersebut juga saling bertolak belakang.

F. Bagian Kaki Candi
Pada dasarnya bentuknya segi empat, bagian barat atau depan terdapat bagian yang menjorok keluar atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik.
Bagian kaki Candi dibagi menjadi 2 (dua) kaki candi, dengan keadaan sebagai berikut :
1.      Bagian kaki candi tingkat pertama
     Bagian kaki candi pertama dimulai dari lis di atas fondasi berbentuk agief ( genta) dengan hiasan daun Padma, kemudian lis datar dengan ketinggian lebih kurang 60 cm. Diatas lis-lis tersebut terdapat bidang panil yang terdiri dari 36 lapis batu merah atau setinggi 1,2 m. Pada bidang panil dipahatkan motif medalion, bidang tegak dan ornamen daun-daunan yang kesemuanya sudah tidak begitu jelas karena aus. Pada bidang tegaknya umumnya dipahatkan lukisan manusia, binatang dan pohon-pohonan.
2.      Bagian kaki candi tingkat kedua
   Bagian kaki candi tingkat kedua bentuknya hampir sama dengan bagian kaki tingkat pertama, yakni dimulai hiasan daun Padma dan lis datar. Di beberapa bagian terdapat bidang vertical selebar 50 cm berisi ukuran kala dan ornamen daun -daunan.
    Sebelum sampai ke bagian tubuh candi masih terdapat bagian yang dinamakan bagian duduk tubuh. 
      Bagian duduk tubuh dimulai setelah bagian kaki candi tingkat kedua. Pada bagian tubuh mulai tampak peralihan bentuk dari bagian kaki candi yang persegi menuju kebagian tubuh candi yang bulat (silinder). Pada penampilan ketiga sisinya (utara, timur dan selatan) masih tampak jelas bentuk persegi, tetapi pada bagian sudut-sudutnya sudah berbentuk bulat. Pada bagian bulat di tengah-tengahnya dipahatkan ragam hias kala dan sulur gelang di kanan-kirinya, tetapi bentuk kala dari ketiga sudut tersebut bentuknya berbeda-beda, demikian juga halnya ragam hias sulur bervariasi. Pada bagian penampil yang menjorok keluar terdapat bidang-bidang panil berbentuk mendatar dan tegak. Bidang panil tegak terdapat pada sudut-sudut dan tengah, sedangkan bidang panil mendatar terletak diantara bidang panil tegak. Pada panil-panil di bagian duduk tubuh terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan. Sebagian relief sudah tidak jelas karena aus.

G. Bagian Tubuh Candi
Bagian tubuh candi terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan, pada sudut tenggara terdapat relief yang menggambarkan wanita naik dipunggung seekor ikan, relief ini dalam agama Hindu menceritakan cerita Sri Tanjung pelepasan jiwa. Relief Sri Tanjung juga terdapat di candi penataran Blitar, candi Surowono Kediri dan Gapura Bajangratu Mojokerto. Pada bagian tengah tubuh candi melalui pintu tersebut dapat melihat bilik candi yang berukuran 2,60 x 2,58 meter dan tinggi 5,52 meter dan pada bagian atasnya terdapat batu penutup cungkup yang berukir.
Setelah bagian duduk tubuh candi diteruskan dengan tubuh candi berbentuk bulat (silinder) masih kelihatan kuat/cukup stabil dihias relief dan ukiran yang indah dan halus pahatannya. Diatas sebuah pintu semu di pahatkan bentuk kala di bagian bawah ambang pintu bentuknya segi empat menonjol keluar yang tengahnya dipahatkan kepala naga.
Di tengah-tengah bagian tubuh candi terdapat ban melingkar seperti ikat pinggang selebar 14 lapis batu merah. Pada tiap-tiap penampil sisi utara, timur dan selatan terdapat bagian yang menjorok keluar berbetuk pintu semu. Diatas pintu semu dipahatkan bentuk kala yang diukir secara halus dan meriah. Dibagian bawah dari ambang pintu berbentuk segi empat lebih menonjol keluar yang ditengahnya dipahatkan kepala naga dan bila dirangkaikan disebut “kala naga”. Ada penampilan sisi barat lebih menonjol bilamana dibandingkan dengan penampil sisi-sisi lainnya. Hal ini dikarenakan oleh adanya tangga naik / masuk menuju ke bilik candi yang dihubungkan dengan pintu masuk. Pada kaki ambang pintu terdapat dua lis yang terletak disebelah kanan dan kiri. Maka bagian atas bingkai pintu masuk terdapat balok batu kali berwarna hitam dengan hiasan pahatn motif aroset yang ditengah-tengahnya dipahatkan tulisan angka tahun Caka 1354 atau tahun 1354 Masehi. Angka tahun ini dapat dipakai sebagai bukti masa pembangunan Candi Jabung.
Diatas batu kali tersebut dahulunya terdapat bentuk kala seperti terdapat pada penampilan sisi-sisi yang lain,namun sekarang sudah tidak dapat dilihat karena rusak dimakan jaman.
Pada bagian tengah tubuh candi, melalui pintu tersebut dapat melihat bilik candi. Bilik candi berukuran 2,60 x 2,58 meter dan tingginya 5,52 meter yang dibagian atasnya terdapat batu penutup cungkup yang berukir. Di dalam bilik candi terdapat altar yang menempel pada dinding sebelah utara, timur dan selatan. Pada dinding sebelah timur terdapat tanda kerusakan, sehingga hal ini memberikan petunjuk kemungkinan semula di tempat itu diletakkan arca pemujaan.

H. Bagian Atap Candi
Sebagian dari bagian atap candi sudah hilang. Dari sisa-sisa bagian atap candi kemungkinan besar puncaknya berbentuk stupa atapnya berhias motif sulur-suluran. Sekarang yang dapat kita lihat beberapa tingkat bingkai saja, terdiri dari lis-lis datar dan deretan bingkai-bingkai tegak, bertingkat-tingkat. Bagaimana bentuk dan beberapa tingginya atap belum diketahui, karena sebagian besar dan stupa atau puncak candi sudah hilang.

LEGENDA DISEKITAR CANDI


Badan candi ini bersifat Siwaistik karena sekelilingnya dipahatkan adegan-adegan cerita Sri Tanjung. Legenda Sri Tanjung pada dasarnya mengisahkan fitnahan terhadap Sri Tanjung, seorang dewi yang sangat cantik, isteri Raden Sidapaksa, yang berakhir dengan kematian/pembunuhan Sri Tanjung. Karena tidak bersalah, maka Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh para dewa dan dikembalikan ke tempat kediamannya semula sebelum kawin. Singkat Cerita, Raden Sidapaksa diperintahkan oleh Betari Durga untuk pergi ke kediaman Sri Tanjung untuk minta rujuk .

Namun isteri yang teraniaya ini menolak untuk rujuk kembali, kecuali apabila Raden Sidapaksa dapat membunuh dan membawa rambut si pemfitnah untuk dijadikan kesed (pembersih kaki) Sri Tanjung. Setelah permintaan tersebut terlaksana, suami-isteri itu kembali hidup bersama-sama.

sumber :
http://arungmaya.blogspot.com/2011/09/candi-jabung-di-kabupaten-probolinggo.html
http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/03/jejak-kerajaan-majapahit-di-candi.html



Atas Nama XI IPA 1
Ellysa Aprilia Nuraini (13)














































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 Omongan:

Posting Komentar

3D Letter G